Payao adalah merupakan alat pengumpul ikan yang dipasang di laut dengan
cara melabuhkannya di suatu perairan daerah penangkapan ikan, alat ini
disebut juga dengan payaw, terbuat dari rakit bambu atau tabung baja
berupa pelampung. Di bawah rakit bergantung rumah-rumah ikan terbuat
dari tali yang telah penuh dengan sisipan daun kelapa (sarip). Payao ini
digunakan untuk mengumpulkan ikan pelagis yang berukuran kecil maupun
yang lebih besar yang nantinya dapat ditangkap dengan berbagai alat
penangkap ikan.
![]() |
Rumpon/Payao |
Nelayan-nelayan di Indonesia sudah menggunakan alat pengumpul ikan
semacam ini yang dikenal dengan nama : Unjam, Rabo, Tendak, Rumpon atau
Rompong. Namun payao sudah dikembangkan labih jauh, sehingga mencapai
ukuran yang besar dan dapat dipasang di lautan dalam.
Setelah perang dunia II para nelayan di Pilipina menggunakan payao yang
sederhana dari bambu, mula-mula digunakan untuk mengumpulkan ikan yang
akan ditangkap dengan pancing tangan, tetapi kemudian dengan adanya
pengembangan-pengembangan technologi maka lampu (cahaya) sebagai salah
satu alat pemikat bagi ikan, mulai digunakan pada payao pada waktu
malam hari untuk mengkonsentrasikan gerombolan ikan pelagis kecil
termasuk ikan layang, kembung dan sejenisnya yang akan ditangkap dengan
jaring kerut ataupun dengan purse seine.
Sampai pertengahan dekade 1970 an, payao masih dipasang pada kedalaman
90 sampai 900 meter saja, tetapi pada akhir tahun 1975 dengan
dikenalkannya penangkapan ikan dengan “Tuna Purse Seine” yang
menggunakan kapal – kapal besar, payao dikembangkan untuk dapat dipasang
di laut yang mempunyai kedalaman sampai 5000 meter.
![]() |
Berbagai rumpon yang banyak digunakan di Indonesia |
![]() |
Berbagai rumpon yang banyak digunakan di Indonesia |
BAGIAN - BAGIAN RUMPON
Payao terdiri dari beberapa bagian
yaitu rakit, jangkar, tali jangkar, rumah-rumah ikan, bahkan ada pula
yang menggunakan pelampung sebagai tambahan.
1. Rakit
Rakit berfungsi sebagai pelampung dan sekaligus sebagai tempat
menggantungkan rumah-rumah ikan. Dari tahun ke tahun bentuk payao lambat
laun mengalami perubahan, semula hanyalah merupakan himpunan bambu yang
dibendel dan diikat menjadi satu berubah menjadi rakit bambu yang
berukuran besar seperti yang dapat dilihat pada gambar 1 (Aneka ragam
payao yang digunakan di Pilipina).
Dalam perubahannya terbentuk rakit yang dirangkai bersusun, rakit
bersusun tunggal dan rakit bersusun ganda, terjadi modifikasi beraneka
ragam bentuk rakit, termasuk rakit bersusun tunggal berpelampung, rakit
bersusun ganda dengan diberi tambahan drum-drum yang dipasang sedemikian
rupa dan dijepit diantara kedua lapis susunan rakit. Konstruksinya
dibuat sekokoh mungkin, dapat mengambang atau mengapung di air, tahan
terhadap gempuran ombak dan arus serta angin. Umumnya payao yang
digunakan sekarang adalah payao dengan rakit yang bersusun ganda. Rakit
bambu mempunyai kemampuan pakai maksimal selama 6 bulan atau kurang,
tergantung pada kondisi laut, biasanya kerusakan terjadi akibat gempuran
ombak.
Rakit baja telah diterapkan untuk digunakan di perairan dalam di lepas
pantai dengan kondisi laut yang berombak besar, pelat besi baja dibuat
menjadi pelampung berbentuk tabung persegi empat panjang, belakangan ini
telah dibuat bentuk tabung silinder yang kemampuannya telah diketahui
bahwa pelampung bentuk ini tahan terhadap pengaruh gempuran ombak maupun
angin.
2. Jangkar
Sebagai jangkar untuk melabuhkan payao digunakan pemberat yang terbuat
dari blok semen beton bertulang atau drum minyak tanah ukuran 200 liter
yang berisi semen beton bertulang dengan dilengkapi kuping-kuping atau
mata dari betonneiser untuk tempat pemasangan tali jangkar. Berat
masing-masing pemberat berkisar antara 480 – 500 kg. Jumlah pemberat
yang diperlukan sebagai jangkar dalam sebuah payao bergantung kepada
kedalaman perairan, untuk kedalaman antara 1.500 – 2.200 meter
diperlukan 3 atau 4 buah pemberat, sedangkan untuk kedalaman antara
2.200 sampai pada kedalaman 5.000 meter diperlukan 5 sampai 6 buah
pemberat. Jangkar berfungsi untuk mempertahankan agar payao tidak hanyut
dan tetap berada pada posisi yang dikehendaki. Selain blok semen dapat
digunakan juga batu gunung sebagai pemberat, ataupun bahkan jangkar
kapal.
3. Tali jangkar
Tali jangkar berfungsi sebagai penambat yang menghubungkan rakit dan
jangkar, terdiri dari kabel baja dan tali, dilengkapi dengan segel,
timbley (cause), kili-kili (swivel) dan pemberat gantung. Panjang tali
jangkar disesuaikan keperluannya, biasanya sekitar 1½ kali kedalaman
air.
4. Rumah-rumah ikan
Diantara bagian-bagian payao, yang mempunyai peran paling penting adalah
rumah-rumah ikan (rumah sawat) , ia berfungsi sebagai alat pengumpul
ikan yang sesungguhnya. Rumah sawat terdiri dari tali yang panjangnya
antara 27 – 37 meter yang disisipi daun kelapa (sarip) dengan jarak
antara 1 – 2 meter pada tali tersebut. Ujung tali bagian atas
dihubungkan dengan rakit di bagian belakang agar bebas dari kemungkinan
menyangkut atau membelit tali jangkar yang terentang di bagian depan
rakit, ujung tali lainnya diberi pemberat sekitar 10 – 20 kg, dengan
demikian rumah sawat berada dalam keadaan menggantung di bawah rakit.
Konstruksi payao terdiri dari 2 macam, dalam pemasangannya di laut ada
yang memakai tambahan pelampung dan ada pula yang tidak memakai tambahan
pelampung.
![]() |
Bagian - bagian rumpon |
![]() |
Bagian Rumpon/Payao Rakit |
![]() |
Bagian - Bagian Rumpon/Payao Dengan Rakit Tabung Pelat Baja Persegi Empat Panjang |
![]() |
Bagian - Bagian Rumpon/Payao Samoa |
PEMASANGAN PAYAO
Payao dilabuhkan di perairan yang sudah ditetapkan lokasinya terlebih
dahulu, penetapan lokasi hendaknya didasarkan atas pertimbangan antara
lain : lokasi tersebut bebas dari alur pelayaran dan diperkirakan
merupakan daerah penyebaran atau jalur ruaya jenis ikan pelagis besar.
Jumlah payao yang dilabuhkan bergantung kepada kebutuhan masing-masing
kapal penangkap, umumnya setiap kapal purse seine tuna mempunyai 30
buah.
Seperti sudah merupakan perjanjian tak tertulis bahwa jarak posisi payao
dengan payao lainnya minimal 7 mil. Untuk mengetahui banyak tidaknya
ikan mulai berkumpul seringkali payao dijenguk dan diadakan pengamatan
untuk kemudian pada saatnya dilakukan penangkapan ikan.
PENANGANAN PAYAO DALAM PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN PURSE SEINE
Pada dasarnya ikan yang berkumpul di payao dapat ditangkap dengan
pancing ulur, pancing tonda, pole and line, jaring insang hanyut, ring
net, jala lompo atau payang dan purse seine. Selama operasi penangkapan
ikan dengan purse seine, penggantungan rumah sawat dipindahkan dari
rakit ke sekoci atau ke sekoci lampu (jika penangkapan dilakukan pada
malam hari). Hal ini dimaksudkan agar pada saat purse seine dilingkarkan
posisi rakit berada di luar lingkaran jaring yang sedang mengepung
ikan, rakit tetap berlabuh pada posisinya tanpa terganggu dan jaringpun
dapat dioperasikan dengan leluasa serta bebas dari kemungkinan
bersangkutan dengan tali jangkar dan rakit.
Ikan yang telah terkumpul di sekitar rumah sawat menghanyut mengikuti
rumah sawat yang kini menggantung di sekoci, bergeser seirama dengan
laju sekoci yang menghanyut perlahan-lahan. Setelah mencapai jarak yang
aman dari rakit, tiba saatnya purse seine dioperasikan mengurung ikan
dengan posisi sekoci yang dijadikan titik pusat lingkaran.
JENIS-JENIS IKAN YANG MENGERUMUNI PAYAO
Jenis – jenis ikan pelagis (permukaan) yang suka menggerombol di sekitar
payao ber macam-macam, dan biasanya bergantung pada kesuburan,
kedalaman, dan di laut mana payao itu dipasang. Diperkirakan ada 35
jenis, sebagian diantaranya terdiri dari jenis-jenis ikan pelagis besar
yang sering tertangkap antara lain : Cakalang, Madidihang, Tuna mata
besar, Tongkol, Setuhuk biru, Setuhuk loreng, Lemadang, Tenggiri,
Sunglir, Barakuda dan Layaran.
Menurut para pakar, bahwa ikan berkumpul di sekitar payao, karena payao adalah merupakan :
1. Tempat mencari makan
Pada rumah sawat banyak melekat algae dan di sekitarnya banyak plankton.
Sehingga dapat mengundang kehadiran jenis ikan pemakan algae dan
plankton (biasanya terdiri dari jenis ikan kecil), jenis-jenis inilah
agaknya yang menyebabkan jenis ikan yang lebih besar ikut singgah di
sekitar payao.
2. Tempat berlindung
Rumah sawat menjadi tempat berlindung bagi ikan kecil karena takut dimangsa oleh ikan yang lebih besar.
3. Tempat berpijah
Bagi beberapa jenis ikan tertentu, rumah sawat merupakan tempat berpijah.
4. Tempat berteduh
Beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif memanfaatkan
rumah sawat sebagai tempat berteduh. Diperkirakan ikan mulai berkumpul
setelah payao terpasang di suatu perairan daerah penangkapan ikan selama
9 – 30 hari, pada saat inilah kegiatan penangkapan ikan dimulai.
![]() |
Beragam rumpon yang digunakan di Filipina : a) Bonbon, b) Arong, c) Rakit Bersusun Tunggal, d) Rakit Bersusun Ganda |
Sumber : Modul Penangkapan Ikan, BPPP Tegal
http://lalaukan.blogspot.co.id